Yayan Ruhian: Guru Silat di Gang Hingga Bintang Aksi Mendunia

yayan

Pendahuluan

Yayan Ruhian, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 19 Oktober 1968, adalah sosok yang menginspirasi banyak orang. Dikenal sebagai aktor laga yang brutal dan karismatik di layar lebar internasional, perjalanan hidupnya berawal dari gang-gang sempit dan dedikasinya pada seni bela diri Pencak Silat. Kisahnya adalah perpaduan antara pengabdian pada tradisi, ketekunan dalam berkarya, dan keberanian untuk menembus batas.

Mengakar Kuat dalam Pencak Silat:

Yayan Ruhian Sejak usia 13 tahun telah menekuni Pencak Silat, seni bela diri tradisional Indonesia. Ia berlatih dengan gigih hingga menjadi seorang instruktur profesional. Bahkan, ia juga mendalami teknik pernapasan khusus yang diyakini dapat memperkuat tubuh dalam menahan benturan. Pada tahun 1988, ia mulai mengajar di Perguruan Silat Tenaga Dasar Indonesia, sebuah sekolah silat yang fokus pada teknik pernapasan dalam. Sumber Terpercaya Casatoto Agen Slot Gacor Hadiah Terbesar Di Indonesia.

Dedikasinya pada Pencak Silat membawanya berkeliling Indonesia dan bahkan ke mancanegara untuk mengajar dan melakukan demonstrasi. Ia pernah menjadi bagian dari tim demonstrasi yang tampil di Festival des Arts Martiaux de Paris Bercy di Prancis, serta berpartisipasi dalam pameran Silek Minang (aliran silat dari Sumatera Barat) di Institut Judo Paris. Pengalaman ini tidak hanya mengasah kemampuannya dalam bela diri, tetapi juga memperkenalkannya pada dunia internasional.

Terjun ke Dunia Film Secara Tak Terduga:

Titik balik dalam hidup Yayan terjadi pada tahun 2008 ketika ia direkrut sebagai salah satu koreografer laga untuk film “Merantau” karya Gareth Evans.

Namun, takdir berkata lain. Ketika Gareth kesulitan menemukan aktor yang mampu menguasai baik akting maupun koreografi laga untuk peran Eric, Yayan memberanikan diri untuk mengikuti audisi. Siapa sangka, ia berhasil mendapatkan peran tersebut dan memulai karir aktingnya di usia yang tidak lagi muda.

Baca Juga: Iko Uwais: Mengukir Sejarah Pencak Silat di Layar Lebar Dunia

“Mad Dog” yang Ikonik di “The Raid”:

Penampilan Yayan sebagai Eric dalam “Merantau” (2009) mencuri perhatian, terutama adegan-adegan laganya yang intens dan realistis. Namun, namanya benar-benar melambung secara internasional melalui perannya sebagai “Mad Dog” dalam film “The Raid: Redemption” (2011). Karakter Mad Dog yang brutal, tak kenal ampun, dan memiliki fisik yang kuat meskipun bertubuh relatif kecil, berhasil menjadi ikon dan memukau para penonton di seluruh dunia.

Bersama dengan Iko Uwais, Yayan juga bertanggung jawab atas koreografi laga dalam film yang sukses besar tersebut.

Melanjutkan Kesuksesan di “The Raid 2” dan Hollywood:

Kesuksesan “The Raid” membuka pintu bagi Yayan untuk proyek-proyek yang lebih besar. Ia kembali berkolaborasi dengan Gareth Evans dan Iko Uwais dalam sekuelnya, “The Raid 2: Berandal” (2014), di mana ia memerankan karakter Prakoso, seorang pembunuh bayaran yang loyal namun memiliki sisi kebapakan.

Bakat dan karisma Yayan tidak hanya diakui di Indonesia. Ia kemudian mendapatkan tawaran untuk bermain dalam film-film internasional, termasuk “Star Wars: The Force Awakens” (2015) di mana ia berperan sebagai Tasu Leech, pemimpin geng Kanjiklub. Meskipun perannya tidak terlalu besar, keterlibatannya dalam franchise sebesar “Star Wars” menjadi pencapaian yang luar biasa.

Mendunia dengan Keunikan dan Keahlian:

Setelah “Star Wars”, Yayan terus membuktikan eksistensinya di kancah perfilman internasional. Ia tampil dalam film-film seperti “Beyond Skyline” (2017), “John Wick: Chapter 3 – Parabellum” (2019) sebagai salah satu anak buah Shinobi, “Hit & Run” (2019), “Skylines” (2020), dan “Boy Kills World” (2023).

Ia seringkali memerankan karakter antagonis yang tangguh dan mematikan, namun tetap memiliki daya tarik tersendiri.

Kembali ke Akar dan Menginspirasi Generasi Muda:

Meskipun telah meraih kesuksesan di kancah internasional, Yayan Ruhian tidak pernah melupakan akarnya. Ia tetap aktif dalam mempromosikan Pencak Silat dan seringkali memberikan pelatihan serta motivasi kepada generasi muda Indonesia untuk mencintai dan melestarikan seni bela diri warisan leluhur ini.

Ia menyadari bahwa kesuksesannya di dunia film juga turut membuka mata banyak orang, terutama generasi muda, terhadap Pencak Silat. Yayan berharap, melalui karyanya, ia dapat menginspirasi lebih banyak anak muda Indonesia untuk mempelajari dan bangga dengan seni bela diri mereka sendiri.

Kehidupan Pribadi yang Sederhana:

Meskipun sering bekerja di Jakarta, ia tetap tinggal bersama keluarganya di Tasikmalaya dan harus bolak-balik demi pekerjaannya. Keluarga menjadi prioritas utama dalam hidupnya.

Kesimpulan

Kisah hidup Yayan Ruhian adalah bukti bahwa mimpi bisa diraih dengan ketekunan dan kerja keras, tanpa melupakan akar budaya. Dari seorang guru silat di kampung halamannya, ia berhasil menjelma menjadi bintang aksi yang diakui dunia.

Dedikasinya pada Pencak Silat, bakat aktingnya yang memukau, dan kepribadiannya yang rendah hati menjadikannya sosok yang patut dihormati dan diidolakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *