Cecep Arif Rahman: Seni Bela Diri Sampai Koreografer john wick

Cecep Arif Rahman

Pendahuluan

Cecep Arif Rahman, lahir di Garut, Jawa Barat, pada 18 Agustus 1972, adalah sosok inspiratif yang membuktikan bahwa dedikasi pada seni bela diri tradisional dapat membuka pintu menuju panggung dunia. Dikenal sebagai aktor laga dengan kemampuan silat yang memukau dalam film-film aksi internasional, perjalanan hidup Cecep Arif Rahman berawal dari gang-gang di kaki Gunung Galunggung, berakar kuat pada Pencak Silat Panglipur, dan membawanya melintasi benua hingga ke Hollywood.

Mengasah Diri di Padepokan Silat:

Cecep Arif Rahman Sejak usia muda, tepatnya tahun 1986, Cecep telah menekuni Pencak Silat di Panglipur Galih, Garut, terinspirasi oleh kakeknya yang juga merupakan tokoh silat. Ia berlatih dengan tekun, mendalami berbagai aliran silat termasuk Silat Cimande dan Silek Minang. Setelah menyelesaikan pendidikan guru pada tahun 1991, Cecep mulai mengabdikan diri sebagai pengajar silat. Ia bahkan sempat memperdalam ilmunya dengan berguru kepada R. Enni Rukmini Sekarningrat di Bandung, di mana ia juga berinteraksi dengan berbagai guru silat lainnya. Sumber Terpercaya Casatoto Agen Slot Gacor Hadiah Terbesar Di Indonesia.

Dedikasinya pada Pencak Silat membawanya meraih berbagai prestasi, termasuk juara pertama dalam kejuaraan pencak silat internasional di Thailand pada pertengahan tahun 90-an. Keahliannya juga diakui di kancah internasional melalui partisipasinya rutin dalam Bercy Festival des Arts Martiaux di Paris dari tahun 2000 hingga 2008. Ia juga kerap diundang untuk memberikan lokakarya silat di berbagai negara Eropa seperti Prancis, Italia, Inggris, Belanda, serta di Amerika Serikat.

Profesi Ganda: Guru Bahasa Inggris dan Pendekar Silat:

Sebelum terjun sepenuhnya ke dunia film, Cecep Arif Rahman menjalani kehidupan yang unik. Sejak tahun 2001, ia bekerja sebagai seorang guru bahasa Inggris di SD Tegalpanjang 3, Garut. Ia juga mengelola administrasi sekolah, menunjukkan dedikasinya pada dunia pendidikan di samping kecintaannya pada Pencak Silat. Profesi sebagai guru bahasa Inggris inilah yang kelak membantunya dalam berkomunikasi di kancah internasional.

Baca Juga: Donny Alamsyah Aktor Serba Bisa dengan Kemampuan Bela Diri

Perjumpaan Takdir dengan Dunia Film:

Titik balik dalam hidup Cecep terjadi melalui pertemuannya dengan Iko Uwais dan Yayan Ruhian di Bercy Festival pada tahun 2006. Pada tahun 2008, ia sempat dihubungi untuk membantu koreografi laga dalam film “Merantau”, namun karena baru diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), ia terpaksa menolak tawaran tersebut.

Namun, takdir kembali mempertemukannya dengan dunia perfilman. Pada tahun 2013, Iko Uwais kembali menghubunginya untuk terlibat dalam film “The Raid 2: Berandal”. Pengalaman Cecep dalam menggunakan karambit menjadi nilai tambah yang sangat dibutuhkan untuk film tersebut. Perannya sebagai “The Assassin” dalam “The Raid 2” menjadi debut aktingnya yang memukau dan membuka gerbang menuju karir film yang lebih luas.

Menaklukkan Layar Lebar Internasional:

Penampilan Cecep dalam “The Raid 2” tidak hanya memukau penonton Indonesia, tetapi juga menarik perhatian sineas internasional. Bersama Iko Uwais dan Yayan Ruhian, ia kemudian terlibat dalam produksi film besar Hollywood, “Star Wars: The Force Awakens” (2015), di mana ia memerankan karakter Crokind Shand (meskipun tidak dikreditkan).

Setelah debut di Hollywood, tawaran bermain film internasional terus berdatangan. Cecep membuktikan kualitas akting dan kemampuan laga yang mumpuni dalam film-film seperti:

  • “3: Alif Lam Mim” (2015): Berperan sebagai seorang guru silat dan juga menjadi koreografer laga.
  • “Skakmat” (2015): Berperan sebagai Bos Tanah Tinggi.
  • “Iseng” (2016): Berperan sebagai John.
  • “Juara” (2016): Berperan sebagai Kobar.
  • “The Gate” (2016): Berperan sebagai Rafael (film pendek, juga sebagai koreografer laga).
  • “212 Warrior” (2018): Berperan sebagai Bajak Laut Bagaspati.
  • “John Wick: Chapter 3 – Parabellum” (2019): Berperan sebagai Shinobi #1, salah satu murid Zero, beradu akting dengan Yayan Ruhian.
  • “Gundala” (2019): Berperan sebagai Swara Batin Sang Penari (juga sebagai koreografer laga).
  • “KL Vampires” (2019): Berperan sebagai Rudi Hikayat (film Malaysia).
  • “Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash” (2021): Berperan sebagai Ki Jempes.
  • “Satria Dewa: Gatotkaca” (2022): Berperan sebagai Pandega.
  • “Mendarat Darurat” (2022): Berperan sebagai Berandal.
  • “Qodrat” (2022): Berperan sebagai Kyai Rochim (juga sebagai koordinator bela diri).
  • “The Devil’s Lair” (2023): Sebagai koreografer laga.

 

Gaya Bertarung yang Khas dan Memukau:

Cecep Arif Rahman dikenal dengan gaya bertarungnya yang unik dan mematikan, mengandalkan kecepatan, kelincahan, dan penguasaan teknik karambit yang mendalam. Meskipun tidak memiliki postur tubuh yang besar, ia mampu menampilkan gerakan-gerakan silat yang efektif dan memukau di layar lebar. Keahliannya dalam koreografi laga juga menjadikannya aset berharga dalam produksi film-film aksi yang mengutamakan adegan pertarungan yang realistis dan intens.

Menginspirasi dan Mempromosikan Pencak Silat:

Di tengah kesibukannya sebagai aktor internasional, Cecep tidak pernah melupakan akar budayanya. Ia tetap aktif mempromosikan Pencak Silat ke berbagai penjuru dunia melalui lokakarya, seminar, dan penampilannya di berbagai acara. Ia menyadari bahwa kesuksesannya di dunia film telah membuka mata banyak orang terhadap kekayaan seni bela diri Indonesia, dan ia berkomitmen untuk terus melestarikannya serta menginspirasi generasi muda untuk mencintai warisan budaya bangsa.

Kesimpulan

Di balik ketenarannya, Cecep Arif Rahman dikenal sebagai sosok yang sederhana dan rendah hati. Ia menikah dan memiliki beberapa orang anak. Meskipun seringkali harus bepergian untuk syuting, ia tetap mengutamakan keluarga dan berusaha untuk menyeimbangkan karir dengan kehidupan pribadinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *