Pendahuluan
Dewi Yull, penyanyi dan aktris senior Indonesia yang dikenal dengan suaranya yang khas dan perjalanan karier yang panjang, baru-baru ini berbagi pengalaman pribadi tentang kondisi kesehatannya yang cukup mengkhawatirkan. Ia mengungkapkan kronologi lengkap tentang bagaimana mata kanannya mengalami ablasi retina yang menyebabkan kehilangan penglihatan sebelah secara tiba-tiba. Pengakuan ini menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mata, terutama bagi mereka yang memiliki mata minus tinggi.
Kronologi Kejadian Mata Buta Sebelah Dewi Yull
Dewi Yull mengungkapkan bahwa kejadian yang menyebabkan mata kanannya kehilangan penglihatan berlangsung secara mendadak dan mengejutkan. Berikut adalah rangkuman kronologis yang ia bagikan:
Awal Mula Gejala
Sekitar beberapa minggu sebelum kejadian besar, Dewi merasakan gejala-gejala seperti penglihatan kabur di salah satu mata, beberapa bayangan yang melayang, dan merasa cepat lelah saat membaca atau menonton TV. Ia menganggap gejala tersebut sebagai kelelahan biasa dan tidak segera memeriksakan diri.
Perubahan Mendadak dan Kejadian Tak Disangka
Suatu hari, saat bangun pagi, Dewi merasakan ada yang berbeda dengan penglihatannya. Ia merasa seperti ada tirai atau kabut yang menutupi separuh penglihatannya di mata kanan. Kondisi ini berlangsung cukup cepat dan membuatnya panik karena kehilangan penglihatan secara mendadak. Casatoto Telah Berdiri Sejak 2019 Menjadi Bandar Togel Hk Terbesar Dan Terjamin Membayar Semua Kemenangan Lawan.
Segera Pemeriksaan ke Dokter Mata
Tanpa menunda lagi, Dewi segera pergi ke klinik mata untuk mendapatkan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan adanya ablasi retina di mata kanannya. Ablasi retina merupakan kondisi serius yang terjadi ketika retina terlepas dari lapisan di bawahnya, yang bisa menyebabkan kehilangan penglihatan permanen jika tidak ditangani dengan cepat.
Proses Operasi dan Pengobatan
Dewi menjalani prosedur operasi untuk memperbaiki retina yang terlepas. Operasi ini melibatkan prosedur seperti laser atau cryopexy (pembekuan retina) serta pemasangan strip silikon di sekitar retina untuk menekan retina ke tempatnya kembali. Setelah operasi, Dewi harus menjalani masa pemulihan yang cukup panjang dan mengikuti anjuran dokter secara disiplin.
Hasil dan Tantangan Pasca Operasi
Meskipun operasi berhasil menyelamatkan mata kiri, mata kanan yang mengalami ablasi retina mengalami kerusakan permanen sehingga penglihatannya di mata tersebut tidak bisa kembali seperti semula. Dewi mengaku harus belajar menerima kenyataan bahwa ia kini hanya memiliki penglihatan normal dari mata sebelah kiri.
Penyebab dan Faktor Risiko Ablasi Retina
Dewi Yull menjelaskan bahwa kondisi mata minus tinggi yang dialaminya menjadi faktor utama penyebab ablasi retina. Mata minus yang tinggi menyebabkan ketegangan pada retina dan memperbesar risiko terjadinya robekan atau lepasnya retina. Selain itu, faktor lain seperti riwayat keluarga, usia, dan trauma mata juga dapat meningkatkan risiko.
Baca Juga: Mayangsari Nikmati Sore di Ladang, Naik Motor Bebek Dibonceng Bambang Trihatmodjo
Faktor risiko utama ablasi retina meliputi:
Mata minus tinggi (lebih dari -6 dioptri)
Riwayat keluarga dengan ablasi retina
Usia di atas 40 tahun
Trauma atau cedera mata
Riwayat operasi mata sebelumnya
Perubahan struktural retina akibat penyakit tertentu
Pencegahan dan Penyuluhan
Dewi Yull mengimbau masyarakat, khususnya mereka yang memiliki mata minus tinggi, untuk lebih waspada dan melakukan pemeriksaan mata secara rutin. Deteksi dini terhadap gejala-gejala seperti bayangan melayang, kilatan cahaya, atau perubahan penglihatan dapat menyelamatkan penglihatan dari kerusakan permanen.
Langkah pencegahan yang dianjurkan meliputi:
Melakukan pemeriksaan mata secara rutin minimal setahun sekali
Menghindari trauma mata dengan melindungi mata saat beraktivitas
Mengelola kondisi mata minus dengan pengawasan dokter spesialis mata
Segera berkonsultasi jika muncul gejala mencurigakan
Pesan Dewi Yull kepada Masyarakat
Dalam wawancara dan unggahan di media sosial, Dewi Yull menyampaikan bahwa pengalaman pribadi ini menjadi pelajaran berharga. Ia berpesan agar semua orang tidak mengabaikan kesehatan mata dan pentingnya pemeriksaan rutin. Ia juga mengingatkan bahwa mata adalah organ vital yang harus dijaga dengan serius.
“Jangan anggap remeh gejala mata, apalagi jika memiliki mata minus tinggi. Segera periksakan ke dokter agar kondisi mata kita bisa terdeteksi dan ditangani sedini mungkin,” ujar Dewi Yull.
Kesimpulan
Pengalaman Dewi Yull menjadi pengingat penting bahwa kesehatan mata harus menjadi prioritas. Ablasi retina, meskipun serius dan berpotensi menyebabkan kebutaan permanen, dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi lebih awal. Dengan pemeriksaan rutin dan menjaga kesehatan mata, kita dapat mencegah kejadian serupa dan tetap menikmati penglihatan yang optimal.